Tanggal
rilis: 03 Maret 2020
18
– Memberi Wajah Manusia Pada Pandemi Covid-19
10
– Tiongkok Pincang Negara-Negara Jiran Meradang
124 – Tatkala Becak Tak Lagi Macak
Perubahan Iklim, Pagebluk, dan Bencana
Kemanusiaan
Tubuh manusia begitu rentan dengan cuaca. Saya teringat kembali tentang sejarah
wabah yang berjangkit di Eropa sekitar abad ke-13. Arkeolog menemukan
permakaman massal di London. Mereka menduga, tulang belulang itu akibat
pagebluk karena bencana iklim pada 1258. Para peneliti beragam disiplin ilmu
dari Durham University di Inggris Raya menyingkap misteri pemicunya. Mereka
menyelidiki adanya interaksi antara letusan Samalas pada 1257 terhadap respon
iklim dan potensi berjangkitnya Black Death, pagebluk di Eropa. Erupsi Samalas
menyebabkan perubahan iklim dunia yang cepat.
Eropa pun diterpa musim dingin yang hebat. Kelaparan dan wabah penyakit
menggilas Eropa. Erupsi Gunung Samalas di Lombok itu meruntuhkan badannya
sendiri. Kini kita hanya menjumpai jejak kalderanya nan indah—Segara Anak. Kita
berada di negeri gunung api, yang kedahsyatan erupsinya pernah mengaduk-aduk
cuaca global. Alam begitu berkuasa mengubah segalanya.
Namun, hari ini kuasa manusia pun berkemampuan merusak alam. Kegandrungan kita
dalam mengonsumsi bahan bakar fosil selama ini menjadi penyebab utama
terjadinya perubahan iklim. Ketika iklim global menghangat, ada banyak perkara
yang menghadang peradaban manusia. Lapisan es di kutub mencair, laut meluap,
bakteribakteri tersingkap, dan potensi munculnya penyakit dan pagebluk baru.
Kemunculan pagebluk Corona boleh jadi salah satunya diakibatkan oleh iklim yang
berubah. Semua orang tahu, virus ini mematikan.
Namun, saya mengamati juga bahwa ia memunculkan bencana kemanusiaan. Saat
saudara kita berhasil dievakuasi dari Tiongkok dan tiba dengan selamat di
Natuna, mereka disambut penolakan. Prasangka ras yang berlebihan pun terjadi di
berbagai negara. Bahkan, ada juga orangorang yang justru mengutuk mereka yang
terkena musibah. Celakanya, sejarah virus ini belum selesai diungkap dan
dicatat saat saya menuliskan pengantar edisi ini. Angka korbannya menembus
lebih dari dua ribu. Ia masih menghantui kita.
Link Download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar