Judul Buku:
Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova
Penulis: Joesoef Souyb
Penerbit: Bulan Bintang
Tahun: 1977
Jumlah Halaman: 299
Keajaiban dunia. Begitulah penulis Barat, Stanley
Lane-Poole, menjuluki Cordoba pada era tamadun Islam. ”Cordoba
memiliki seluruh keindahan. Ornamen-ornamennya begitu indah dipandang dan
mengagumkan penglihatan,’’ tutur Lane-Poole. Jejak kejayaan Islam tak hanya
meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu
pengetahuan yang tak ternilai harganya. Secara geografis, Cordoba terletak di
Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol. Kota bersejarah itu bertengger di
sepanjang tebing sungai Guadalquivir.
Kota yang awalnya bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa
pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat itu, nama Cordoba
mulai termasyhur. Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota itu dan
menjadikannya sebagai ibu kota negara Meridional Spanyol pada 169 SM. Julius
Caesar, panglima militer dari Romawi juga sempat menaklukan Cordoba pada tahun
45 M. Lima abad kemudian, Cordoba berada dalam kekuasaan Bizantium di bawah
komando Raja Goth Barat.
Sejarah Cordoba memasuki babak baru ketika Islam datang ke
wilayah itu pada 711 M atau 93 H. Di bawah komando Tariq bin Ziad, tentara
Islam yang membawa pesan dakwah dan berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth
Barat, Kekaisaran Visigoth.
Misi penaklukan yang dilakukan Tariq bin Ziad itu dilakukan
atas perintah Musa bin Nusair, gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan
Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715) dari Dinasti Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Dengan dikuasainya Spanyol, 700 tentara kavaleri Islam yang
dipimpin panglima perang Mugith Ar- Rumi, seorang bekas budak, dengan mudah
menguasai Cordoba.
Penaklukan Cordoba dilakukan pada malam hari. Mugith Ar-
Rumi dengan pasukan berkudanya berhasil mendobrak tembok Cordoba. Selain
menguasai Cordoba, pasukan tentara Islam juga menaklukan wilayah-wilayah lain
di Spanyol seperti, Toledo, Seville, Malaga serta Elvira. Selama pemerintahan
Umayyah berpusat di Damaskus, Toledolah yang menjadi ibu kota Spanyol.
Cordoba baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah
ditumbangkan Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad.
Setelah dikalahkan Abbasiyah, Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di
Spanyol. Cordoba pun mulai menjadi pusat kekuasaan Ummayah di bawah
pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordoba itu
berlangsung dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordoba mulai
menggeliat. As-Samah bin Malik Al- Khaulani merupakan merupakan tokoh yang
membangunkan dan mengembangkan Cordoba hingga menjadi salah satu sebuah kota
terbesar di Eropa.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau
Abdurrahman I, Cordoba disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan,
kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa. Pada masa kepemimpinannya,
Abdurrahman I berupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim
ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan mengembangkan
ilmunya di Cordoba.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordoba di bawah
pemerintahan Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul
Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu,
Cordoba telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan
yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Tak heran, bila pada era itu Cordoba mampu mensejajarkan diri dengan Baghdad
sebagai ibu kota pemerintahan Abbasiyah. Tak cuma itu, Cordoba juga setaraf
dengan Konstantinopel, ibu kota kerajaan Bizantium sera Kaherah (Kairo),
ibukota kerajaan Fatimiah.
Pada saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya
hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina. Pada era kejayaan itu,
Cordoba mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
intelektual. Pada masa kekuasaan Abrurrahman III, berdirilah Universitas
Cordoba yang termasyhur dan menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong
mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba
ilmu.
Dari universitas inilah, Barat menyerap ilmu pengetahuan.
Salah satu mahasiswa Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah Gerbert
d’Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar
matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan
aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Geliat pendidikan di Cordoba makin bersinar pada era
pemerintahan Al-Hakam Al-Muntasir sehingga digelari Khalifah yang alim.
Sebanyak 27 sekolah swasta berdiri pada masa itu. Gedung perpustakaan mencapai
70 buah menambah semarak perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya
mencapai 400 ribu orang. Padahal, volume kunjungan perpustakaan besar di Eropa
lainnya, kala itu, paling tinggi mencapai 1.000 orang. Saat itu, terdapat 170
wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci Alquran dengan huruf Kufi
yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di 80 sekolah
yang disediakan Khalifah. Pendidikan yang tinggi pun diimbangi dengan
kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan pun tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur
megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota
diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordoba pun terbebas dari
sampah. Taman-taman nan indah menjadi daya tarik bagi para pendatang yang
singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang dipenuhi bunga dan tata
landskap.
Cordoba juga dihiasi Istana Az-Zahra yang indah. Kota ini
didirikan Kalifah Abdurahman III dan dilanjutkan Khalifah Alhakam II. Medina
Azzahara, awalnya diperuntukan sebagai pusat pemerintahan Andalusia. Letaknya
sekitar 5 km dari pusat kota Cordoba. Sejarawan berkebangsaan Turki, Zia Pasya
melukiskan keindahan istana itu sebagai mukjizat yang belum pernah tergambar
dalam benak pembangunan manapun sejak dunia ada.
Pada masa itu, di Cordova terdapat 283 ribu unit rumah
tinggal, 900 kamar mandi umum, 800 unit sekolah serta 50 unit rumah sakit.
Sebuah kota yang ideal. Pemerintahan Abdurrahman III telah menciptakan
ketentraman bagi rakyatnya. Sepertiga dari penerimaan tahunan yang mencapai
6,245 juta keping emas digunakan untuk belanja negara. Sisanya, dialokasikan
untuk pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Rakyat pun sejahtera.
Sayang, masa kejayaan itu hanya bertahan 320 tahun dan harus
berakhir tragis. Dinasti Umayyah di Spanyol pun runtuh akibat pertikaian dan
perebutan. Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti Amiriyah. Hingga akhirnya pada
1031 M, Islam terusir dan terhapus dari Cordoba.
Download ebook Sejarah
Daulat Umayyah II di Cordova pdf via
Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar