Judul Buku: Mencari
Belerang Merah: Kisah Hidup Ibn Arabi
Penulis: Claude Addas
Penerbit: Serambi
Tahun: 2004
Jumlah Halaman:
474
Biografi pertama dari tokoh berpengaruh dalam mistisisme Islam.
Biografi ini didasarkan pada bukti-bukti dokumenter yang luar biasa banyaknya.
Di dalam tulisan-tulisannya yang dahsyat, Ibn Arabi menceritakan kembali
pengalaman-pengalaman mistiknya, perjalanan-perjalanannya, baik yang lahiriah
maupun yang batiniah, dan perjumpaannya dengan sejumlah mistikus lainnya, baik
yang hidup maupun yang telah wafat.
Buku Mencari Belerang Merah: Kisah Hidup Ibnu Arabi ini merupakan
terjemahan dari Quest for the Red Sulphur: The Life of Ibn Arabi karya
Claude Addas. Alasan penulis
menulis buku ini tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk menghasilkan karya biografi. Usaha pertama ialah menjejaki kembali
pengembaraan rohani dan intelektual Ibnu Arabi, serta jika bisa, menempatkan pengembaraan ini dalam konteks keagamaan dan sejarah
zaman itu. Dalam kerangka ini, tidak timbul persoalan untuk melakukan analisis
terperinci mengenai doktrin dan ajaran Ibnu Arabi. Tujuan penulis jauh lebih
sederhana: memberikan sumbangan kecil dalam menjelaskan asal-usul ajarannya dan
menekankan betapa erat kaitannya dengan ‘keadaan’ (ahwal) dan ‘maqam’ (maqamat)
yang dialaminya maupun tradisi sangat panjang yang diwariskan dan
disampaikan kemudian.
Selain itu, tema-tema penting mengenai pemikirannya telah menjadi
kajian utama selama beberapa dasawarsa. Tidak perlu kita menengok kembali Kleinere Schriften des Ibn al-Arabi karya Henrik S. Nyberg dan Vida de
Abenarabi karya Miguel Asin Palacios: kita hanya perlu merenungi karya
yang disusun oleh Henry Corbin dan Izutsu, yang
menarik disertai terjemahannya dalam memperoleh maklumat sejumlah penerbitan
yang dipersembahkan untuk membahas kumpulan tulisan Ibnu Arabi — walaupun ini
tentu saja tidak berarti bahwa
pembahasan dan perungkaian tersebut sudah
sempurna. Ini kerana, atas beberapa alasan yang jelas, mustahil untuk penulis
membataskan diri dengan hanya mengutip kajian-kajian ini. Sering kali penulis
menjelaskan bahawa beliau merasa perlu merujuk terus kepada pemikiran penting
yang terdapat pada karya Ibnu Arabi sendiri, namun menerusi Mencari
Belerang Merah: Kisah Hidup Ibnu Arabi, penulis tidak berani menyatakan telah
melakukannya dengan cukup memuaskan.
“Saya hanya menceritakan apa yang saya rasa,” kata
pengarang Futuhat itu. Dalam maksud tertentu, seluruh karyanya tidak
lain adalah merupakan catatan tentang pengalaman batinnya: mimpi-mimpi, dialog
dengan orang yang sudah mati, mikraj, pertemuan misteri dalam “Dunia Khayal”
(alam alkhayl), dan perjalanan menakjubkan di langit. Apakah semua itu
merupakan fantasi seorang yang gila seperti yang diyakini Asin, atau pengalaman
kerohanian sejati seperti yang dinyatakan Corbin, hakikatnya adalah bagi Ibnu
Arabi, semua pengalaman itu bukan sekadar nyata, bahkan lebih nyata daripada
tanah Andalusia yang dijejakinya semasa masih kanak-kanak. Setiap orang yang
bersungguh-sungguh mengkaji Syeikh al-Akbar, sama ada sebagai penulis biografi
atau penulis sejarah pemikiran, haruslah mempertimbangkan hal tersebut. “Hanya
seorang suci yang mampu memahami orang suci,” ujar Julien Green tentang Francis
dan Assisi. Namun, penulis tidak menyatakan bahawa telah memahamkan apatah lagi
menjelaskan tokoh luar biasa yang keberadaannya akan beliau paparkan nanti.
Teka-teki masih tersisa.
Tatkala menyatakan perkara ini, apa yang ada dalam kotak fikiran
penulis sewaktu menulis Mencari Belerang Merah: Kisah Hidup Ibnu Arabi
bukanlah suatu teka-teki sejarah yang diberikan jawapan pada masa akan datang
sekiranya beberapa dokumen yang hilang itu dijumpai lalu berupaya menerangkan
beberapa catatan tentang tarikh dan tempat, namun belum mampu untuk memberi
penjelasan. Dalam fikiran penulis, terdapat pertentangan-pertentangan yang
tidak ragu-ragu lagi akan dapat diselesaikan secara sub specie
aeternitatis (dari aspek universal), namun dari sudut pandang kehidupan
material, ia tidak dapat dipecahkan, yaitu kepastian-kepastian yang tidak
terjangkau oleh akal manusia dan keistimewaan
orang-orang muhaqqiqun atau orang-orang yang telah mencapai
kebenaran. Apa yang dapat penulis lakukan adalah menuruti Ibnu Arabi dalam
menempuh denai-denai aneh yang tidak dibatasi oleh empat arah mata angin.
Selama menempuh pengembaraan ini, seseorang itu kadang-kala merasa tersesat;
dan terkadang merasa terkurung dalam sebuah penjara labirin yang tidak ada
jalan keluar. Akan tetapi, Syeikh al-Akbar pernah menyatakan bahawa “semua
jalan berbentuk bulatan,” bahwa pengembaraan yang sedang ditempuh akhirnya
menuju kepada diri sendiri.
Download ebook Mencari
Belerang Merah: Kisah Hidup Ibn Arabi pdf via Google
Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar