Judul Buku: When Breath Becomes Air
Penulis: Paul Kalanithi
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun: 2016
Jumlah Halaman: 248
Apa yang membuat
hidup layak dijalani di hadapan kematian? Apa yang Anda lakukan saat masa depan
tak lagi menuntun pada cita-cita yang diidamkan, melainkan pada masa kini yang
tanpa akhir? Apa artinya memiliki anak, merawat kehidupan baru saat kehidupan
lain meredup? Inilah beberapa pertanyaan yang Kalanithi hadapi dalam memoar
yang menyentuh dan indah ini.
Di usia tiga puluh enam tahun, di akhir masa
pelatihannya selama sepuluh tahun sebagai seorang ahli bedah saraf, Paul
Kalanithi didiagnosis mengidap kanker paru-paru stadium IV. Di satu hari ia
adalah seorang dokter yang menangani orang-orang yang sekarat, dan hari
berikutnya, ia adalah pasien yang mencoba bertahan hidup. Dengan kondisi ini,
masa depan yang diidamkannya dan istrinya tiba-tiba menguap.
When Breath Becomes Air menggambarkan
transformasi Kalanithi dari seorang mahasiswa kedokteran yang kesurupan oleh
pertanyaan tentang apa yang membuat hidup berharga dan bermakna, mengingat
semua akan sirna pada akhirnya" menjadi seorang ahli bedah saraf di
Stanford yang bergulat dengan otak, organ paling penting bagi identitas
manusia, hingga akhirnya menjadi seorang pasien dan ayah baru yang menghadapi
kematiannya.
Saya jamin, tak mudah melupakan buku ini begitu Anda
menyelesaikannya .... Pengaruh luar biasa buku ini sebagian datang dari fakta
nyata bahwa penulisnya adalah seorang polimatik. Sedang sebagian lainnya datang
dari caranya bercerita tentang apa yang terjadi padanyadengan penuh semangat,
bekerja dan berjuang, menolak kemudahan, menanti untuk hidup, dan belajar untuk
matidengan begitu baik. Tak satu pun di antaranya yang cengeng. Tak ada yang dilebih-lebihkan.
Seperti tulisannya kepada seorang teman, Ini cukup tragis dan cukup bisa
dibayangkan. Serta cukup penting untuk bisa dilewatkan begitu saja.
- Janet
Maslin, The New York Times
Memoar Paul Kalanithi, When Breath Becomes Air,
yang ditulis saat ia menghadapi diagnosis kanker mematikan, benar-benar
menyentuh. Namun, buku ini merupakan investasi emosional yang tak sia-sia:
memoar yang mendalam dan menggugah tentang keluarga, kedokteran, dan sastra.
Secara tak terduga buku ini sangat inspiratif meski berlatar menyedihkan.
- The Washington Post
Memoar anumerta Paul Kalanithi, When Breath
Becomes Air, memiliki daya tarik dan kebijakan tragedi kuno Yunani ...
[Kalanithi] menyampaikan kisahnya dalam sebuah prosa lugas yang indah. Buku ini
penuh dengan refleksi sarat makna sekaligus sangat pedih mengenai kematian,
yang lahir dari seorang dokter terlatih yang familier dengan apa yang ada di
depan sana .... Narasinya begitu meyakinkan dan kuat hingga Anda akan berharap
dia bisa selamat dari kematiannya dan menceritakan bagaimana keluarga dan
teman-temannya selepas kepergiannya.
- The Boston Globe
Memilukan sekaligus spektakuler ... [Kalanithi]
begitu menyenangkan, dekat, dan rendah hati sehingga Anda akan tersedot ke
dalam dunianya dan lupa ke mana kisah ini menuju.
- USA Today
Pendekatan [Kalanithi] yang tidak sentimental
itulah yang membuat When Breath Becomes Air sangat orisinalsekaligus memilukan
.... Satu-satunya kelemahan buku ini, sebagaimana hidup penulisnya, adalah
berakhir terlalu cepat.
- Entertainment Weekly
[When Breath Becomes Air] membuka kepala saya
dengan keindahannya.
- Cheryl Strayed
Memesona, memilukan, dan sangat indah. Memoar
Dr. Kalanithi yang terlalu muda ini merupakan sebuah bukti bahwa mereka yang
sekaratlah yang paling bisa mengajari kita tentang kehidupan.
- Atul Gawande
Berkat When Breath Becomes Air, kita yang belum
pernah bertemu langsung dengan Paul Kalanithi akan berduka atas kematiannya,
sekaligus mengambil pelajaran dari hidupnya. Buku ini merupakan salah satu dari
sedikit buku yang saya anggap sebagai sebuah berkahSaya akan
merekomendasikannya kepada semua orang, siapa saja.
- Ann Patchett
Inspiratif ... perjuangan Kalanithi untuk
mendefinisikan peran gandanya sebagai dokter dan pasien, serta pendapatnya
dalam topik mengenai apa makna kehidupan dan bagaimana seseorang menentukan apa
yang paling penting saat hanya ada sedikit waktu .... Memoar yang sangat
menggugah ini mengungkapkan betapa banyak hal yang bisa diraih dengan
pengabdian dan rasa syukur, saat kehidupan dijalani dengan keberanian dan
ketabahan.
- Publishers Weekly
Sebuah perenungan mengenai kematian yang
menggugah dari seorang penulis berbakat dengan dua sudut pandang dari seorang
dokter dan pasien yang menjelaskan satu hal ... menulis bukanlah bedah otak. Namun,
jarang sekali ada seseorang yang begitu baik dalam menulis sekaligus sangat
terampil sebagai seorang dokter bedah saraf.
- Kirkus Reviews
Memoar yang mengggugah dan menghunjam.
Perenungan yang begitu mengesankan dan menyentuh mengenai pilihan-pilihan yang
membuat hidup layak dijalani, bahkan saat kematian di depan mata. Buku ini akan
mendorong pembacanya merenungi nilai dan kematian mereka sendiri.
- Booklist
Dr. Kalanithi menggambarkan dengan begitu jelas
sekaligus sederhana, secara mendalam tanpa sedikit pun rasa iba kepada diri
sendiri. Perjalanannya dari seorang mahasiswa kedokteran yang lugu, menjadi
seorang ahli bedah saraf yang objektif dan tangguh, hingga kemudian menjadi
seorang pasien tak berdaya yang sekarat karena kanker. Tiap dokter harus
membaca buku iniyang ditulis oleh sejawatnya sendiri, untuk bisa memahami dan
mengatasi penghalang yang kita bangun antara kita dan pasien begitu lulus dari
sekolah kedokteran.
- Henry
Marsh, penulis Do No Harm: Stories of Life, Death, and Brain Surgery
Sebuah buku mengagumkan, yang sarat dengan
kehidupan, digerakkan oleh kekaguman dan pertanyaan bagaimana seharusnya kita
hidup. Paul Kalanithi hidup dan meninggal dalam pencarian akan kesempurnaan,
dan dengan testimoninya ini, ia mendapatkannya.
- Gavin Francis,
penulis Adventures in Human Being
Download ebook When Breath Becomes Air pdf via Google Drive:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar