Judul Buku: Satanic
Finance
Penulis: A. Riawan Amin
Penerbit: Senayan Abadi
Tahun: 2007
Jumlah Halaman:
160
Satanic finance mengisahkan tentang
ilustrasi bahaya sistem ekonomi kapitalis yang saat ini merajai dunia.
Dirangkum dengan bahasa yang sangat mudah dipahami, buku ini ditulis dengan
perspektif yang sangat unik; perspektf setan, seolah-olah setan sendiri yang
menuturkannya. Buku ini terdiri dari 166 halaman dengan beberapa ilustrasi
gambar dalam tiap babnya.
Penulis dari buku ini bernama lengkap
Dr. Ahmad Riawan Amin. Beliau adalah seorang praktisi ekonomi syariah yang
tersohor di dunia perbankan. Beliau adalah mantan Dirut Bank Muamalat
Indonesia. A. Riawan Amin lahir dari pasangan Mr Sultan Mohammad Amin dan Cut
Maryam di Tanjung Pinang, Propinsi Riau, pada 27 April 1958. Ayahnya adalah
seorang tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Penulis merupakan
peraih Master of Science of Interdisplinary Study, University of Texas, USA
1978 dan Bhacelor of Science of Architectual, Technology New York Ints USA,
1985.
Lucu, sederhana, namun menyadarkan.
Begitulah penulis mengisahkan sejarah panjang asal mula ekonomi dunia dikuasai
oleh sistem bobrok yang berlandaskan bunga dan uang fiat. Buku ini terdiri dari
5 bab yang saling berkaitan satu sama lain. Istilah Satanic finance diterangkan
sebagai perlaku ekonomi yang dibisikkan oleh ketamakan dari syaitan
Bab 1 dalam buku menerangkan tetang
The Three Pillars of Evil. Fiat money, Fractional Reserve Requirement (FRR),
dan Interest (bunga). Sejarah terbangunnya ketiga pilar ini diterangkan oleh
gambaran dua buah suku yang hidup sangat harmonis dengan saling tolong
menolong. Kemudian datanglah seseorang dari negeri seberang yang menawarkan
solusi perubahan untuk perekonomian yang dikatakan modern. Dengan bermodalkan
alat pencetak uang, alat tukar yang sebelumnya adalah kepingan emas dan perak
berubah menjadi lembaran kertas. Negara ditipu oleh efisiensi transaksi dan
kemungkinan untuk terus memproduksi uang tanpa henti. Negara malah menjadi
mesin pencetak uang tanpa ada jaminan logam mulia (fiat money).
Bank menjadi tempat berhutang dengan
menentukan FRR. Untuk menyimpan uang nya di sebuah Bank sentral, suatu Negara yang
mensyaratkan para nasabah nya untuk menyimpan sebagian kecil hartanya sebagai
cadangan, dimana pada umumnya jauh dibawah 100%. Selain itu Bank juga sebagai
tempat berhutang. Hutang dianggap harus memiliki tambahan (riba) karena uang
yang dipinjamkan memiliki produktivitas waktu yang harus digantikan. Dengan
sistem riba ini, peminjam tidak akan pernah bisa meluasi hutangnya karena
jumlah uang yang beredar sesungguhnya tidak pernah lebih dari jumlah uang
hutang plus bunganya. Jadi sekeras apapun manusia bekerja, memenuhi riba adalah
suatu kemustahilan. Ada konsekuensi akibat dari penggunaan bunga itu sendiri,
diantaranya: Bunga akan terus menuntut tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
terus-menerus, meskipun kondisi ekonomi actual sudah mencapai titik jenuh atau
constant, bunga mendorong persaingan diantara para pemain dalam sebuah ekonomi
kemudian bunga cenderung memosisikan kesejahteraan pada segelintir minoritas
dengan memajaki kaum mayoritas.
Ketika tiga pillar setan ini bertemu
maka sudah diciptakan akan selalu ada korban. Sector riil tidak lagi mampu
berkembang karena seluruh kapasitas produksi sudah terpakai. Kondisi inilah
yang dialami Asia Tenggara pada tahun 1997.
Bab 2 dari bab ini menjelaskan bahaya
hutang. Hutang dianggap sepele oleh sebagian besar manusia. Contohnya pada
penggunaan credit card. Credit card sejatinya produk unggulan dari para setan
karena fungsinya hampir sama seperti fiat money. Transaksi dengan credit card
adalah transaksi hutang dimana ada keharusan membayar bunga pada saat jatuh
tempo dan pembayaran denda jika terlambat membayarnya. Credit card juga
mendorong penggunanya untuk berhutang terus menerus pada bank, padahal jika
dikalkulasikan bank belum tentu memiliki seluruh jumlah pinjaman yang
dihabiskan oleh para pengguna credit card. Dampaknya luar biasa. Manusia
menjadi konsumtif sementara itu negara akan semakin sering mencetak uang.
Diluar credit card bahaya lain yang digambarkan dalam buku ini adalah ketika
suatu negara bersandar pada hutang bank sentral penguasa ekonomi duna, The Fed.
Hal ini pernah mengakibatkan gejolak ekonomi yang hebat bagi Indonesia pada era
presiden Soeharto.
Bab 3 dari bab ini menjelaskan tentang
The Green Evil. Istilah yang ditujukan untuk dollar dimana hampir semua negara
mempunyai devisa dalam dollar. Dollar digambarkan seperti cek kosong dan yang
menerbitkan adalah kolega setan yang terpandang dan terhormat sehingga para
penerima cek pun merasa tidak perlu untuk mencairkan cek tersebut. Sang pembuat
dollar The Federal Reserve System atau disingkat Federal Reserve berada dibawah
payung Federal Reserve ACT, 1913 yang pemiliknya adalah kelompok swasta Amerika
Serikat.
Bab 4 menggambarkan tentang solusi
permasalahan konspirasi besar-besaran paying ekonomi setan ini, yaitu kembali
kepada sistem emas. Logam mulia ini mempunyai kedudukan yang tinggi, special
dan tidak pernah berubah nilainya. Terbukti harga suatu barang pada zaman nabi
di tahun X masih akan sama harganya pada 14 abad kemudian. Tentu hal ini tidak
mungkin terjadi di zaman sekarang saat harga-harga selalu naik 10x lipat dalam
25 tahun. Oleh karena itu, emas adalah solusi dan diolongkan sebagai mata uang
surga (Heaven’s Currency),
Bab ke 5 dan merupakan bab yang
terakhir dari buku ini berisi harapan penulis akan hadirnya pembebas dari
kospirasi ekonomi setan yang membelenggu dunia saat ini. Mereka dikenal dengan
sebutan El Libertador. Merekalah yang melakukan kampanye perlawan terhadap
sistem setan yang mencekik. Mereka menyuarakan perlunya sistem baru, sistem
yang tak lain merupakan duplikasi terhadap sistem perbankan yang biasa disebut
sebagai perbankan Islam. El Libertador akn memperjuangkan kembalinya ekonomi
yang sehat dengan menggunakan dinar dan dirham.
Download ebook Satanic
Finance pdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar