Judul Buku: Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta
Kekuatan Politik dan Pembangunan
Penulis: Arbi Sanit
Penerbit: Rajawali Pers
Tahun: 2015
Jumlah Halaman: 114
Stabilitas politik adalah bagian dari dasar penyusunan strategi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Penataan di bidang politik memiliki
implikasi terhadap kehidupan ekonomi. Kekuatan politik dan ekonomi saling
memengaruhi secara respirokal dan hal ini dapat terliat di dalam kehidupan
demokrasi di Indonesia pada saat ini.
Menurut Seymour Martin Lipset ada korelasi antara tingkat pertumbuhan
ekonomi dengan kehidupan politik yang demokratis. Korelasi yang diajukan oleh
Lipset tercermin dari perkembangan kekayaan, industrialisasi, pendidikan, dan
urbanisasi.
Di Indonesia, oleh Sanit ada faktor lain dalam perkembangan Indonesia pada
saat ini, yakni faktor histori. Menurut Sanit, histori dianggap sebagai
variabel bebas dalam membaca korelasi antara aspek pertumbuhan ekonomi yang
berkecepatan tinggi dengan peranan politik militer.
Untuk menjamin kestabilan politik, sistem politik perlu mendorong munculnya
kepemimpinan yang moderat di dalam spektrum politik yang begitu plural di
Indonesia.
Di dalam buku ini, Sanit menguraikan berbagai persoalan yang dialami
Indonesia pada saat buku ini dibuat pertama kalinya. Polemik soal militer yang
mencampuri urusan politik dalam usahanya menstabilkan kondisi politik yang
berujung kepada respresi di masa Orde Baru dan pembukaan kran invenstasi asing.
Indonesia pada periode 1948-1967 terdapat 45 aksi protes, 83 huru-hara, dan
615.000 kematian yang diakibatkan oleh kekerasan politik, hal ini adalah
representasi dari rapuhnya kestabilan politik Indonesia.
Ketidakstabilan ini adalah akibat kelemahan elite untuk bekerja satu dengan
yang lainnya, serta belum melembaganya struktur dan prosedur politik yang
memberi ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Oleh karena itu, ketika
Orde Baru mulai memerintah, mereka memulai stabilitas politik dengan memberikan
aksentuasi pada pembangunan.
Memberikan landasan kepada pembangunan bukan tanpa alasan, karena
Pemerintah Orde Baru telah melakukan tilikan kepada negara Swedia dan Norwegia
pada abad ke-20, bahwa permasalahan politik bersumber pada permasalahan ekonomi
dan akan seiring hilang ketika proses industrialisasi dimulai.
Masyarakat Indonesia yang pada saat itu terdiri dari 70% lebih petani dan berada
di dalam keadaan miskin, memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan
kekerasan, seperti huru-hara, pemberontakan, pembunuhan politis, revolusi, dan
lain sebagainya (halaman 3).
Menurut Sanit, kemunculan anasir-anasir militer di dalam pertarungan politik
nasional diakibatkan oleh lemahnya pihak sipil untuk mengendalikan semua
unsur-unsur kehidupan masyarakat.
Mengutip Morris Janowitz, ada lima tipe relasi antara sipil dengan militer:
1) Authoritarian-personal,
kendali politik nasional berada pada kekuasaan tradisional dan individu
pemimpin; 2) Authoritarian-massparty,
kendali kekuasaan ada pada partai tunggal dan pemimpin yang kuat; 3) Democratic-competitive, lembaga
penyelenggara kompetisi politik adalah demokratis dan militer berada di bawah
control politisi sipil; 4) Civil-military
coalition, militer memainkan peranan politik yang luas dan menjadi suatu
blok politik, dan politisi sipil hanya dapat memegang kekuasaan atas dukungan
pasif dari tentara; 5) Military-oligarchy,
koalisi partai politik dan pemegang kekuasaan tidak menghasilkan sistem politik
yang tidak stabil, maka tentara meningkatkan aktivitas politiknya sampai
menjadi kekuatan politik utama dan dapat mengendalikan politik nasional.
Pada masa Pemerintahan Soekarno, ABRI berperan sebagai salah satu dari tiga
poros kekuatan politik Indonesia, yakni Presiden Soekarno sendiri, ABRI, dan
Partai Komunis Indonesia (PKI). ABRI tidak menjadi kekuatan pendukung para
politisi sipil, namun telah menjadi suatu kekuatan politik tersendiri.
Pada masa Orde Baru, kemunculan militer di panggung politik ditandai dengan
Golkar yang membawahi kesatuan petani, kesatuan guru, kesatuan buruh,
organisasi keagamaan, ABRI, dan sebagainya.
Sanit menyimpulkan bahwa kestabilan politik yang selama ini diselenggarakan
oleh pemerintah merupakan hasil dari sokongan militer serta membuka ruang-ruang
partisipasi politik masyarakat. Namun partisipasi ini masih dibatasi karena
tujuan dari pemerintahan saat itu adalah stabilitas ekonomi, sehingga aktivitas
politik yang mengganggu akan segera dihabiskan.
Download ebook Sistem Politik Indonesiapdf via Google Drive:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar